Blogroll

Pages

Wednesday, February 20, 2013


KELOMPOK SOSIAL MULTIKULTURAL


Didorong oleh naluri hasrat sosial, individu berinteraksi dengan individu lain sehingga terbentuk kelompok atau kesatuan sosial. Berbagai kelompok sosial dari yang terkecil(keluarga) hingga kesatuan sosial terbesar(organisasi dunia) terbentuk atas dasar adanya kesamaan faktor ikatan sosial tertentu. Sesuai dengan ikatan sosialnya, kita mengenal beberapa jenis kelompok sosial sebagai berikut.
1. Kelompok geneologis/keturunan, sakral/kepercayaan, dan wilayah/territorial
2. Paguyuban/gemeinschaft dan patembayan/gessellschaft
3. Kelompok primer dan sekunder
4. Kelompok formal dan nonformal
5. Kelompok tradisional dan modern

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Dilihat dari segi struktur sosial dan budayanya, masyarakat indonesia memiliki kemajemukan(multikultural) yang cukup kompleks. Banyak kelompok dengan struktur sosial dan corak budaya yang khas dapat hidup berdampingan dengan baik. Nilai dan norma sosial-budaya dalam sub-kelompok masyarakat terbentuk atas dasar ikatan primordial (suku,agama,ras, maupun kedaerahan). Jadi multikultural atau kemajemukan masyarakat tidak lain merupakan keragaman secara horizontal yang melihat perbedaan atas dasar jenis suku,agama,ras, maupun golongan. Berikut ini beberapa konsep yang menunjukkan kemajemukan:


                            Multi-etnis        --->    Masyarakat plural
                            Multi-lingual     --->    Masyarakat heterogen
                            Multi-religi       --->    Masyarakat majemuk
                            Multi-ras         --->     Masyarakat multikultural

                           
                                 
 CIRI MASYARAKAT MULTIKULTURAL


1. Terdiri dari sub-kelompok dan sub-sistem budaya yang berbeda (heterogen)
2. Struktur sosial dengan banyak lembaga yang non-komplementer
3. Potensi konflik horizontal karena perbedaan aspek primordial
4. Integrasi yang tercipta berdasarkan paksaan dan ketergantungan ekonomi
5. Kesulitan mencapai konsensus terhadap nilai-nilai dasar bersama
6. Dominasi politik kelompok sosial tertentu

TIPE KONFIGURASI MASYARAKAT MULTIKULTURAL

1. Konfigurasi
Berdasarkan pertandingan jumlah dan peranan dari sub-sub kelompok sosial dalam masyarakat: mayoritas dominan, minoritas dominan, kompetisi seimbang, dan fragmentasi (dalam aspek jumlah dan peran sosial)

2. Komposisi
Dalam bentuk mayoritas-minoritas (jumlah populasi), pribumi-nonpribumi (asal keturunan), Jawa-Luar Jawa (wilayah), dan sebagainya.


SEBAB TERJADINYA MULTIKULTURAL

Masyarakat hidup di bumi, hidup dari bumi, dan hidup untuk mengolah bumi. Kenyataan tersebut mendasari adanya kaitan antara faktor bumi (geografis) dengan corak kehidupan masyarakat. Secara sosiologis, beberapa kondisi geografis yang melatarbelakangi atau menjadi sebab munculnya kemajemukan masyarakat adalah:

1. Isolasi Geografis
Bentuk wilayah kepulauan indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Secara historis sosiologis, di masa lalu ketika peralatan teknologi komunikasi dan transportasi sangat terbatas dan penduduk tersebar di berbagai pulau, maka terjadilah isolasi sosial (keterputusan interaksi) di antara sub-kelompok masyarakat. Sesuai kebudayaannya sendiri yang semakin berbeda dari kebudayaan asal. Akibat selanjutnya, terjadilah diversifikasi budaya yang melahirkan multikultural (banyak budaya). Setiap sub-budaya didukung oleh sub-kelompok sosial yang dinamakan suku. Dengan demikian dapat ditegaskan, bahwa isolasi geografis menyebabkan munculnya keragaman kelompok sosial (multi-etnis) yang mengembangkan sub-budaya masing-masing.

2. Posisi Strategis (Perlintasan Hubungan Antarbangsa)
Letak wilayah indonesia di antara dua benua dan dua samudera mempunyai banyak keuntungan dan tantangan sehingga dikatakan sangat strategis. Bangsa-bangsa besar dunia banyak yang melewati indonesia dan selanjutnya mereka tertarik untuk menjalin hubungan dengan masyarakat indonesia untuk mendapatkan manfaat demi kepentingan ekonomi (gold/emas), kekuasaan (glory/politik), maupun sosial-budaya (gospel-god/agama). Bangsa belanda misalnya, pertama datang ke indonesia untuk berdagang, namun selanjutnya menjajah. Kedatangan bangsa-bangsa besar ke indonsia tersebut memberikan pengaruh bagi kemajemukan agama dan ras (multireligi dan multiras). Mengapa? Hubungan perdagangan dalam waktu yang sangat lama di masa lalu hingga kini, serta hubungan penjajahan berabad-abad di waktu lampau memungkinkan terjadinya penyebaran budaya (dan agama) bangsa asing ke dalam masyarakat indonesia. Realitas sosiologis dari masa lalu tersebut melatarbelakangi munculnya kemajemukan ras.

3. Faktor Ekologis
Struktur tanan, iklim, dan topografi wilayah berpengaruh terhadap sistem sosial ekonomi masyarakat. Daerah jawa dan bali misalnya, banyak ditemukan sistem pertanian sawah (lahan basah) sedangkan di wilayah lainnya lebih banyak perkebunan (lahan kering). Jadi kondisi ekologis-geografis melatarbelakangi terjadinya kemajemukan ekonomi karena masyarakat mengembangkan mata pencaharian sesuai daya dukung lingkungan. Selanjutnya, masyarakat petani sawah mengembangkan nilai budaya gotong royong secara lebih nyata, karena mereka dituntut untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan tani, seperti pengaturan irigasi, penanaman dan panen padi, maupun pengolahan tanah.

PENGARUH / AKIBAT MULTIKULTURAL

Kondisi sosial masyarakat indonesia yang majemuk (multikultural) mempunyai konsekuensi terkait dengan hal-hal yang bersifat primordial. Kemajemukan dalam hal suku, agama, ras, maupun golongan mengakibatkan munculnya permasalahan sosial yang perlu disikapi secara bijaksana. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Sentimen etnis dalam bentuk etnosentrisme sebagai akibat dari fanatisme kesukuan.
2. Sentimen agama karena fanatisme keberagaman.
3. Sentimen ras atau rasisme.
4. Sentimen kewilayahan yang dapat memunculkan sparatisme.
5. Politik aliran sebagai akibat dari primordialisme dalam kehidupan politik kenegaraan.
6. Sikap eksklusif (eksklusivisme)
7. Kesetiaan tradisional yang merupakan akibat dari sikap mempertahankan kebiasaan secara turun temurun.
8. Fanatisme yang disebabkan oleh keterbatasan wawasan dan kedangkalan pemahaman terhadap keragaman sosial-budaya, terutama keragaman agama.
9. Ekstremisme, yakni sikap berlebihan dalam berpendapat. Pendapat sendiri dianggap paling benar disertai sikap tidak bersedia meneirma pendapat pihak lain.

PERILAKU DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Permasalahan hubungan di antara kelompok horizontal atas dasar perbedaan suku, agama, ras, kedaerahan, maupun glongan dalam masyarakat perlu disikapi secara rasional dengan mengedepankan semangat nasionalisme sehingga tidak mengganggu proses penguatan integrasi sosial dalam rangka menjaga keutuhan masyarakat mejemuka. Upaya yang tepat untuk mendorong intergrasi sosial masyarakat indonesia yang multikultural adalah pendidikan multicultural. Tujuan dari pendidikan tersebut tidak lain utnuk membangun sikap mental yang sesuai dengan kondisi masyarakat multikultural, seperti:
     1.Toleran terhadap kemajemukan sosial dan budaya dalam masyarakat. Pengembangan toleransi sosial dapat mengurangi sikap fanatik berlebihan terhadap perbedaan horizontal (suku,agama,ras, dan antargolongan)
     2.Sikap inklusif yakni kesediaan untuk menerima dan mengakui kehadiran individu lain yang memiliki latar belakang sosial budaya berbeda dengan dirinya. Jadi pendidikan multicultural dimaksudkan untuk mengurangi eksklusivitas kelompok primordial.
     3.Sikap akomodatif yakni kerelaan menerima aspirasi dari kelompok sosial lain yang berbeda. Dalam kehidupan berpolitik, sikap akomodatif dapat mengurangi ptensi konflik maupun disintegrasi.
     4.Sikap demokratis dan antidiskriminasi. Pengembangan sikap menghormati hak asasi manusia tanpa melihat latar belakang primordial dapat mengurangi potensi munculnya politik aliran yang diskriminatif. Dari segi politik, sikap demokratis dan antidiskriminasi dapat mendorong semangat nasionalisme

0 comments:

Post a Comment